Makalah Mentimun
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah
dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada tahun 1882 De
Condole memasukkan tanaman ini ke daftar tanaman asli India. Pada akhirnya
tanaman ini menyebar ke seluruh dunia terutama di daerah tropika. Tanaman
mentimun merupakan komoditas sayuran yang mulai memasuki pasaran ekspor,
sebagai sayuran dalam bentuk buah segar. Penyebaran dan produksi mentimun di
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tanaman mentimun dapat diusahakan di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di
dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat
ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman
sela diantara tanaman palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini
juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada
dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah.
Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat
dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat diusahakan sebagai tempat
budidaya mentimun. Peningkatan produksi mentimun dapat dipacu dengan usaha
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus dilakukan secara terpadu.
Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar
terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi, serta
perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu komoditas ekspor non
migas dari sector pertanian.
Mentimun umumnya sangat digemari
oleh masyarakat dan dikonsumsi dalam bentuk lalapan, sari buah, asinan, acar,
dan lain-lain. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini mengandung
mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15
kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02
thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin 0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg
asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan 0,2 IU vitamin B2.
Di samping itu, buah mentimun juga dapat digunakan sebagai obat-obatan
tradisional seperti untuk sakit tenggorokan dan panas dalam, sebagai bahan
industri terutama di bidang kosmetik untuk dijadikan pencuci muka.
Produksi mentimun di Indonesia masih
sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi mentimun
hibrida bisa mencapai 20 to ha. Budidaya tanaman mentimun dalam skala produksi
yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun
ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).
Masalah utama yang sering dihadapi
dalam budidaya mentimun adalah karena tanaman mentimun lebih dominan
menghasilkan bunga jantan dibandingkan dengan bunga betina sehingga produksinya
tidak maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan pemupukan
yang berimbang, dan pemangkasan untuk merangsang terbentuknya hormon terutama
auxin dan giberilin yang dapat merangsang terbentuknya bunga betina, serta
penggunaan zat perangsang tumbuh sintetis yang dapat merangsang pembentukan
bunga betina lebih banyak.
Penggunaan pupuk NPK juga dapat
membantu pertumbuhan tanaman mentimun dimana N akan membantu pertumbuhan
vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan buah
(generatif) tanaman. Keseimbangan pemupukan akan memberikan keseimbangan antara
pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Kandungan bahan organik didalam
tanah semakin lama semakin berkurang sehingga sangat dianjurkan penggunaan
pupuk organik. Bahan organik tanah meliputi semua lapisan tanaman dan sisa
hewan. Bahan organik secara umum berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Salah satu bahan organik yang sering digunakan petani
yaitu pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang sangat penting terutama dalam
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan
mikroorganisme tanah.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka
penulis melakukan praktikum dengan judul “Budidaya Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)”.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
ü Untuk mengetahui cara
budidaya tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mentimun berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada tahun 1882
De Condole memasukkan tanaman ini kedalam daftar tanaman asli India. Pada
akhirnya tanaman ini menyebar keseluruh dunia teruutama didaerah tropika
(Sumpena, 2001).
Dalam 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g
karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum
5,00 mg, niacin 0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU
vitamin B1 dan 0,2 IU vitamin B2 (Sumpena 2001).
Dari kandungan mineral yang terdapat didalam buah mentimun maka mentimun banyak
di konsumsi ataupun dijadikan bahan baku industri. Buah mentimun disajikan
dalam bentuk olahan segar seperti acar, asinan, kimchi, salad dan lalap.
Mentimun dapat pula dikonsumsi sebagai minuman segar, berupa jus mentimun yang
diminum secara rutin setiap 2 hari sekali berkhasiat untuk menghaluskan kulit,
menjaga kerusakan kulit dari sengatan sinar matahari, dan dapat pula menurunkan
panas dalam. Bahkan mentimun yang dikukus dan di simpan sehari semalam lalu
dikonsumsi langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk.
Mentimun dapat juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik untuk dijadikan
cleansing cream (pencuci kulit muka) (Sumpena 2001).
Botani
Tanaman
Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: plantae ;Divisio:
Spermatophyta ;Subdivisio: Angiospermae ; Kelas: Dikotyledonae ;Ordo:
Cucurbitales ;Famili: Cucurbitales ;Genus: Cucumis ; Spesies: Cucumis sativus L. (Sharma, 2002).
Tanaman mentimun berakar tunggang, akar tunggangnya akan tumbbuh lurus kedalam
tanah sampai kedalaman 20 cm. Perakaran tanaman mentimun dapat tumbuh dan
berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono, 2003).
Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau
memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya
basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm,
bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).
Daun tanaman mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan
bercabnng-cabang, kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk,
ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun sangat bervariasi (Cahyono, 2003).
Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3
cm, terdiri dari tangkai bunga dan benangsari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah,
berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga.
Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat
(Cahyono, 2003).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau
keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua
berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara
12-25 cm (Sumpena 2001).
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji
mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji
tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk
perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).
Syarat
Tumbuh
Iklim
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan
tumbuhnya. Di Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran
tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001).
Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara
20-320 C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik
seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat
dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk
pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan
200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang
tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001).
Tanah
Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian
cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan
kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur,
kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran
terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah
kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa
tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
Pupuk
Organik
Pupuk organik (pupuk kandang)
merupakan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan pembenah tanah yang
lainnya. Kandungan unsur hara yang dikandung pupuk kandang umumya rendah dan
sangat bervariasi, misalnya unsure N, P dan K tetapi juga mengandung unsure
esensial lainnya (Sutanto, 2002).
BAB III
BAHAN DAN
METODA
A. Tempat
dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113, Km. 11 perhentian marpoyan,
Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama 3 bulan
dimulai dari bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011.
B. Bahan dan
Alat
Bahan
Ø
Benih mentimun
Ø
Pupuk kandang
Ø
Pupuk NPK
Ø Decis
Ø
Polybag
Alat
Ø
Cangkul
Ø Garu
Ø Kayu
lanjaran
Ø
Handsprayer
Ø
Kamera
Ø Alat
tulis
C.
Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Lahan
Lahan tempat praktikum terlebih dahulu dibarsihkan dari tumbuhan penggangu
(gulma) dan sisa-sisa tanaman. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan
membalikkan top soil tanah sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur.
Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang untuk memperbaiki struktur dan
tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
2. Persemaian
Sebelum benih ditanam sebaiknya dilakukan persemaian terlebih dahulu. Media
persemaian yang digunakan berupa campuran antara tanah dengan pupuk kandang dan
sebagai tempat media digunakan polybag kecil. Setelah tanaman berumur 2 minggu
siap untuk ditanam di lapangan.
3. Penanaman
Penanaman benih dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau
setelah bibit memiliki dua daun. Pada saat pemindahan bibit sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada bibit. Bibit ditanam pada
lubang tanam yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan jarak tanam 30 x 60
cm.
4. Pemeliharaan Tanaman
v
Pemupukan
Pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanam dengan menggunakan pupuk NPK dengan dosis ± 7
gr per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan dosis
10 g per tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat lingkaran sekitar 10
cm dari pokok tanaman.
v Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap
hari disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
v Pemberian Lanjaran
Tanaman mentimun merupakan tanaman bersifat menjalar, maka untuk membantu
pertumbuhannya dapat diberikan lanjaran sepanjang 2 meter, fungsinya untuk
merambatkan tanaman sehingga mempermudah pemeliharaan dan juga sebagai tempat
penompang letak buah. Pemasangan lanjaran dilakukan pada saat tanaman berumur 1
minggu setelah tanam.
v Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu
dengan mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
5. Panen
Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 25 hari setelah tanam.
Criteria buah yang dapat di panen adalah buah telah mencapai ukuran maksimal
dan masih terlihat duri-duri halus yang menempel pada buah. Panen buah mentimun
dilakukan dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau agar tidak
merusak tanaman. Panen dapat diakukan sampai 3 kali dengan interval 3 hari sekali.
D.
Parameter Pengamatan
1. Umur Berbunga (hari setelah tanam)
Umur berbunga dapat dihitung setelah munculnya bunga mencapai 50 % dari total
populasi.
2. Umur Panen (hari setelah tanam)
Umur panen dapat dihitung mulai dari saat tanam sampai dilakukan panen pertama.
3. Jumlah Buah / Tanaman (buah)
Pengamatan jumlah buah dilakukan dengan menghitung banyaknya buah setiap kali
panen dan dijumlahkan sampai panen ketiga dari masing-masing tanaman.
4. Berat Buah (g)
Penimbangan berat buah dilakukan dengan cara menimbang buah yang dipanen
pertama sampai panen ketiga dari masing-masing tanaman dengan menggunakan
timbangan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.
Umur Berbunga
Tabel pengamatan terhadap umur berbunga tanaman mentimun dapat di lihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Hasil pengamatan Umur Berbunga (HST)
Sampel
|
Umur
Berbunga (HST)
|
A
|
21 HST
|
B
|
23 HST
|
C
|
21 HST
|
D
|
21 HST
|
Rerata
Umur Berbunga
|
21,5
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rerata umur berbunga tanaman mentimun
adalah 21,5.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembungaan antara lain kekeringan yang
tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan , kurangnya pemeliharaan.
Umur berbunga tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Faktor intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap
proses pembentukan bunga. Hal inni sesuai dengan pernyataan Wilkins (1997)
bahwa cahaya dapat meningkatkan pengangkutan unsur hara dengan memasok
produk-produk dari fotosintesis yang dapat merangsang pembentukan bunga,
penyinaran juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya bunga.
Suhu yang tinggi dapat menyebabkan dampak negatif terhadap tanaman mentimun,
hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1995) bahwa intensitas cahaya
berpengaruh langsung terhadap laju sintesis karbohidrat pada tumbuhan, laju
fotosintesis akan meningkat dengan menurunnya intensitas cahaya sampai batas
tertentu. Lebih lanjut Cahyono (2003) menyatakan bahwa intensitas cahaya
matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga
jantan.
Umur berbunga tanaman juga dipengaruhi oleh factor pemupukan terutama pupuk
yang mengandung unsure P seperti NPK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulfatri
dan Yoesuf (2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang lebih besar
akan membantu mempercepat pembentukan bunga.
2.
Umur Panen
Hasil pengamatan terhadap umur panen tanaman mentimun dapat di lihat pada tabel
2.
Tabel 2.
Hasil Pengamatan Umur Panen
Sampel
|
Umur Panen
(HST)
|
A
|
32 HST
|
B
|
35 HST
|
C
|
36 HST
|
D
|
35 HST
|
Rerata
Umur Panen
|
34,5
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rerata umur panen tanaman mentimun adalah
34,5.
Umur panen tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan unsur hara,
pupuk organik akan terurai sempurna apabila ada jarak waktu pemberian dan
penanaman, sehingga unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Novizan (2005) bahwa pupuk organik akan terurai sempurna 1-2
bulan sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.
Umur panen juga sangat dipengaruhi oleh faktor iklim terutama curah hujan.
Curah hujan yang tinggi akan memperlambat proses pematangan buah.
3. Jumlah Buah Per
Tanaman
Hasil pengamatan terhadap jumlah buah per tanaman pada tanaman mentimun dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Pengamatan Jumlah Buah Per Tanaman
Sampel
|
Jumlah
Buah
|
A
|
4
|
B
|
4
|
C
|
6
|
D
|
3
|
Rerata
Jumlah Buah
|
4,25
|
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa rerata jumlah buah pertanaman mentimun
adalah 4,25.
Perlakuan pemupukan dengan NPK sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
termasuk dalam menghasilkan cabang-cabang yang produktif untuk menghasilkan
buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga dan Marsono (2004) yang
menyatakan bahwa peranan utama dari nitrogen adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan bagian tanaman khususnya batang, cabang dan daun
tanaman. Keberadaan unsur P sangat berpengaruh terhadap pembentukan buah. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Jumin (1986) yang menyatakan bahwa unsur P dapat
bermanfaat untuk pembentukan sel-sel baru, pembentukan bunga dan buah,
mengurangi kerontokan bunga dan buah dan meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit.
Rendahnya produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya matahari yang
tinggi sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga jantan dibanding bunga
betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa
intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan
pembentukan bunga jantan.
4.
Berat Buah Per Sampel (g)
Hasil pengamatan terhadap berat buah per sampel (g) tanaman mentimun dapat di
lihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Pengamatan Berat Buah Per Sampel (g)
Sampel
|
Berat Buah
Sampel (g)
|
A
|
198
|
B
|
240
|
C
|
214
|
D
|
208
|
Rerata
Berat Buah Per Sampel
|
215
|
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa rerata berat buah tanaman mentimun
adalah 215 g.
Berat buah tanaman mentimun sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman
akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi tinggi apabila tersedia cukup
makanan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman.
Pemupukan dengan NPK mempengaruhi produksi tanaman terutana karena keberadaan
unsur fosfat karena dapat merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang
berkualitas dan berukuran maksimal. Menurut Lingga (2007) menyatakan bahwa
unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah
yang baik
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Penggunaan pupuk kandang sangat penting dalam budidaya mentimun karena dapat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan
mikroorganisme tanah.
2.
Penggunaan pupuk NPK juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun dimana unsur N akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman
sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan bunga dan buah (generatif)
tanaman. Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi proses
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman mentimun.
3.
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam budidaya mentimun adalah
pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, pemangkasan cabang-cabang yang
kurang produktif serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
B. Saran
Dari hasil
praktikum ini disarankan penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang guna
memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Disarankan juga penggunaan pupuk yang tepat agar adanya keseimbangan antara
pertumbuhan vegetatif dan generatif.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar