LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.I DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (GEA)
DIPUSKESMAS
Dianjurkan
untuk memenuhi laporan tugas Praktek Kerja Lapangan
Logo Sekolah
Disusun
oleh :
Nama :
Puteri Malu
NIS
:
5245454
Kompetensi
keahlian Keperawatan
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN
JL.Raya Kabupaten Bandung Barat
Tahun
Pelajaran 2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Mukapayung ini
dapat selesai. Laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya
bimbingan, pengarahan serta dukungan dari beberapa pihak maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
H kepala Sekolah Menengah
Kejuruan Kesehatan
Amd.Kep. Selaku koordinator prakering SMK Kesehatan
Bd. , Amd keb, SKM. Sekalu kepala Puskesmas
Bd.. Krb. SKM selaku pembimbing di Puskesmas
Seluhur
Karyawan di Puskesmas yang telah membimbing Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Puskesmas
Kepada
seluruh guru-guru dan rekan-rekan di SMK Kesehatan
yang telah banyak memotivasi.
Keluarga
yang telah memberikan dukungan moral dan materi.
Kami
menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun yang akan menyempurnakan laporan
ini. Dan semoga laporan ini dapat berguna bagi kami dan
masyarakat pada umumnya.
Mukapayung, 28
Maret 2015
Penulis
i
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pembanguan
Kesehatan sebagai salah satu program Nasional yang diarahkan
guna tercapainya kesadran, kemauan, dan agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Sekolah Menengah Kejuruan
keperawatan merupakan salah satu sarana pendidikan dibidang
kesehatan khususnya dibidang kerperawatan yang dituntut untuk
melaksanakan Praktek Kerja yang meliputi kebutuhan Dasar
Manusia dan Asukan Keperawatan. Untuk meningkatkan kualitas
para siswa-siswi sebagai tenaga kerja dibidang Keperawatan.
Diselenggarakan melalui Praktek Kerja Lapangan.
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dapat bekerja dengan masyarakat dan pihak lain
yang terkait untuk memperoleh sumber ilmu dalam rangka
menunjang penyelenggaraan dan pembanguan pendidikan.
Sejalan
dengan pelaksanaan program Praktek Kerja Lapangan merupakan
keseimbangan antara pihak sekolah dan pihak lainnya untuk
mengembangkan ilmu dan keterampilan yang didapat oleh
siwa-siwi disekolah.
Latihan
keterampilan yang secara intensif diberikan dilaboratorium
sekolah hanya sebagai dasar untuk bekerja didunia usaha.
Keterampilan lain seperti penyuluhan, penerapan sikap, yang
baik sebagaitenaga keperawatan dan kemampuan untuk bekerja
sama dengan tenaga kesehatan lain serta cara memisahkan
masalah yang terjadi dilapangan belum diberikan disekolah
secara khusus. Untuk itu praktek kerja lapangan meruipakan
salah satu kegiatan untuk memulai terjun kemasyarakat dan
merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa-siswi agar
mempunyai seikap disiplin, kerja sama, kemdirian dan tanggung
jawab, siswa-siawi dalam melaksanakan tugas yang diberikan
selama disekolah maupun dilapangan.
Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara bidang
kesehatan tertinggi di Provinsi Jawa Barat, mempunyai fungsi
sebagai pelaksana urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan
dan penyedia informasi puskesmas yang berada di Jawa Barat
dalam perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan bidang
kesehatan.
1
Tujuan
Program Praktek
Kerja Lapangan merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti
oleh seorang siswa-saswi SMK. Adapun tujuan yang harus
dilaksanakan sebagai berikut:
Tujuan
Umum
Peserta
didik mampu untuk melakukan dan menerapkan Asuhan
Keperawatan, Meningkatkan derajat kesehatan masyarakay yang
optimal dengan cara memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan dan pemulihan secara paripurna.
Tujuan
Khusus
Prosedur
cara cuci tangan biasa dan antiseptic
Komunikasi
therapleutik
Prosedur
perawatan luka
Merapihkan
tempat tidur terbuka (perbedent)
Pelayanan
kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat
Dokumentasi
Laporan
2
BAB
II
TINJAUAN
PUSKESMAS
2.1
Definisi Puskesmas Secara Umum
Pusat
Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas adalah Orgaisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik
beratkan kepada pelayaan untuk masyarakat luas guna mencapai
derajatbbkesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan.
2.2
Sejarah Puskesmas Mukapayung
Puskesmas
Mukapayung berdiri tahun 1991 tetapi bukan sebagai Puskesmas
melainkan sabagai PUSTU dari Puskesmas Cililin. Pada tahun
1994 Puskesmas Mukapayung memisahkan diri dan berdiri sendiri
menjadi sebuah Puskesmas, Puskesmas Mukapayung memiliki wilayah
kerja di 6 (enam) Desa, yaitu :
Mukapayung
Rancapangguang
Bongas
Kidang
Pananjung
Karya
Mukti
Puskesmas
Mukapyung Memiliki 72 (Tujuh puluh dua) Posyandu, terdiri
dari :
3
Dan
memiliki 5 (Lima) PUSTU, terdiri dari :
PUSTU
Karya Mukti
PUSTU
Nanggerang
PUSTU
Rancapanggung
PUSTU
Kidang Pananjung
PUSTU
Bongas
Tetapi hanya 4
PUSTU yang masih aktif, sedangkah 1 PUSTU yaitu PUSTU Karya
Mukti sudah tidak aktif
Pertama Puskesmas
Mukapayung berdiri hanya mimiliki 11 (sebelas) orang yang
bekerja diPuskesmas tersebut akan tetapi saat ini Puskesmas
Mukapayung udah memiliki 32 (tiga puluh dua) orang karyawan yang
bekerja diPuskesmas tersebut.
Puskesmas
Mukapayung sudah mengalami 3 (tiga) kali rehab, yaitu :
Pertama Puskesmas
Mukapayung membuka dan menerima siawa untuk PKL yakni pada
tahun 2000
4
3.2
Defisini Penyakit
Gastroenteritis
adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatakan oleh infeksi, alergi tidak toleran
terhadap makanan tertentu atau pencernaan makanan. (Tucker,
Marlin S 1999)
Gastroenteritis
adalah inflamasi memberane mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz, 2002
Gatroenteritis
adalah buang air besar (BAB) lembek atau cair dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI.
2000)
Sedangkan
menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai biang air
encer lebih dari empat kali diare masih mencadi child killer
(Pembunuh anak-anak) peringkat pertama diIndonesia. Semua
kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan
orang dewasa.
Menurut
Ngastiyah (2005) Diare adalah keadaan frekuensi buang air
besar (BAB) lebih dari empat kali sehari pada bayi dan
lebih dari tiga kali sehari pada anak, konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampura lendir
darah.
Menurut
Depkes (2010) Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai
dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih
dari tiga kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari
empat kali sehari dengan atau tanpa lendir.
9
3.3
Etiologi
Adapun
etiologi Gastroenteritis, yaitu sebagai berikut :
Faktor
Infeksi
Infeksi
bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter,
Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi
virus : Etorovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
Infeksi
parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas
Hominis).
Faktor
malabsorbsi
Malabsorbsi
karbohidrat, lemak atau protein.
Faktor
makanan
Makanan
basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
Faktor
psikologis
Rasa
takut dan cemas.
Imunodefisiensi
Dapat
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
Infeksi
terhadap organ lain, seperti radang tongsil, bronchitis, dan
radang tenggorokan
3.4
Patopisiologis
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis :
Dehidrasi
Disebabkan
karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut
masuk kedalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi
pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi
dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
10
Gangguan
keseimbangan asam-basa hal ini terjadi karena :
Kehilangan
Na-bikarbonat bersama tinja.
Adanya
ketosis kelaparan.
Terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
Pemindahal
ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan aintra
seluler.
Hipoglikemia
adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh
kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum,
insulin, dan hormone pertumbuhan. Gejalanya antara lain :
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, dan kejang sampai lama.
Gangguan
gizi, Disebabkan karena :
Makanan
sering dihentikan oleh orang tua karna takut diare atau
muntah yang bertambah berat
Walaupun
susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu
encer diberikan terlalu lama
Makanan
yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena hiperperistaltik.
Gangguan
sirkulasi
Gangguan sirkulasi
darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan
mengakibatakan perbedaan dalam otak.
3.5
Manifeskasi Klinis
Gejala
awal :
Anak
menjadi cengeng
Gelisah
Suhu
badan meningkat
Nafsu
makan menurun atau tidak ada
Tinja
cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
Warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
11
Gejala
lain :
Muntah
(dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
Gejala
dehidrasi
Berat
badan menurun
Ubun-ubun
cekung (pada bayi)
Tonus
dan turgor kulit berkurang
Bibir
kering
3.6
Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
Pemeriksaan
tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti.
Pemeriksaan
secara makroskopik harus diperhatikan berntuk, warna, tinja,
ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak dan lain-lain.
Pada
pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur caking,
parasit, dan bakteri.
Homogram
lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit
untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
Pemeriksaan
pH dan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan
AGD dan elektrolit, yaitu Na, Cl, dan Mg.
2.
Endoskopi
Pemeriksaan
endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada
detiap penderita diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukan
‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam pembuatan
diagnosa
12
3.
Radiologi
Penderita
sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa
perlu dilakukan pemeriksaan radiologi
3.7
Therapy Medis
Penanggulangan
utama Diare disusun oleh Depkes RI dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) melalui lima langkah Tuntaskan Diare (Lintas
Diare).
Langkah-langkah
tersebut yaitu :
Oralit
Memberian
zinc selama 10 hari
Melanjutkan
pemberian makanan
Pemberian
antibiotik tertentu sesuai indikasi
Konseling
atau nasehat
Pemberian
pertama yang bisa dilakukan jika terserang gastroenteritis
antara lain hindari kontak dengan terduga penyebab, pencegahan
kekurangan cairan atau jangan sampai dehidrasi, dan istirahat
yang cukup.
Cairan
tubuh yang hilang karena muntah, dan buang air besar (BAB)
harus segera diganti untuk mencegah dehidrasi. Juga harus
selalu ingat untuk selalu cuci tangan
Jika
tersedia oralit, berikan segera. Oralit adalah campuran garam
elektrolit. Oralit berosmolaritas rendah seperti yang terlah
beredar dipasaran saat ini sangat direkomendasikan karena
dapat mengurangi sensasi mual dan muntah. Campurkan satu
bungkus oralit kedalam satu gelas air minum, lalu diaduk
rata, dan pastikan penderita meminumnya.
Jika
belum tersedia oralit, bisa diberikan cairan rumah tangga
(CRT) seperti air tajim, kuah sayur, atau cukup air matang.
Sesusai dosis oralit dengan status dehidrasi dan umur
penderita. Penderita sebaiknya dibawa kesarana kesehatan jika
tidak mampu minum yang cukup untuk dipertimbangkan pemberian
cairan melalui pembuluh darah atau infus.
13
Untuk
diare tanpa dehidrasi bisa bisa diberika oralit sebanyak ¼
- ½ gelas (umur < 1 tahun), ½ -1 gelas (1-4 tahun), dan 1-1
½ gelas (>5 tahun) tiap kali mencret.
Pada
diare derajat ringan atau sedang, oralit 3 jam pertama
diberikan sebanyak 75 ml/kg berat badan. Pemberian
selanjutnyannsesuai dengan diare tanpa dehidrasi.
Penderita
diare dengan dehidrasi berat sebanyaknya dibawa kesarana
kesehatan untuk mendapat infus.
Pemberian
suplemen mikronutrien zinc atau segera setelah mengalami
keparahan diare, mengurangi seringnya mencret, mengurangi
banyaknya kotoran, dan mengurangi resiko kekambuhan 3 bulan
kemudian. Dianjurkan untuk tiap minum zinc hingga 10 hari
setelah diare berhenti
Jika
masih bisa makan dan minum, berikan makanan dan minuman
dalam porsi yang sedikit, tapi lebih sering prinsipnya adalah
memberikan suatu yang mudah dicerna seperti bubur dan
berkuah, rendah serat, hingga tidak membuat saluran bekerja
terlalu keras memprosesnya, dan tidak mengiritasi saluran
cerna. Untuk bayi dan anak. Perlu diingat bahwa muntah dan
diare dalam batas tertentu bisa dianggap sebagai respon alami
tubuh untuk mengelurkan benda asing, racun, dan organisme
penyebab.
3.8
Penatalaksanaan Penyakit
Penanggulangan
kekuranga cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
penyakit diare. Hal sederhana seperti meminum banyak air
putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit
harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbuldan kita dapat melakukannya sendiri
dirumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS
baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. Padahal
penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan
elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk
mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
14
Masalah
dapat timbul karna ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biyaya, kesulitan dalam menjaga, takut bertambah parah setelah
masuk rumah sakit, dan lain-lain.
Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan
kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare
karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab
infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri ol;eh
tubuh (self-limited disease).
Diare
karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp,
Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi
antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan
dapat membasmi kuman.
Oleh
karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak
memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan
laboratoriumperlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti.
Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut kalau kondisi sudam membaik.
15
3.9
Intervensi Rasional
Diare
berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorbsi usus.
Tujuan :
Mengontrol diare atau meningkatkan fungsi usus optiomal.
Criteria
hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi
kembali normal.
Intervensi
dan rasional
Intervensi :
Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah
dan faktor pencetus.
Rasionsal :
Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya.
Intervensi :
Buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional :
Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, misal
Loperamid
Rasional :
Diperlukan untuk diare menetap atau berat.
Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah)
Tujuan :
Mempertambahkan volume cairan adekuat.
Criteria
hasil : Membrane mukosa lembab,turgor kulit baik, pengisian
kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan
keluaran dengan urine normal dalam konsentrasi atau jumlah.
Intervensi
dan rasional
Intervensi :
awasimasukan dan keluaran, karakter, dan jumlah feses.
Rasional Memberikan
informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan
control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk mengantikan
cairan.
Intervensi :
Ukur berat badan tiap hari
Rasional :
Indikator cairan dan status nutrisi
Intervensi :
Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)
Rasional :
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat
menunjukan respons terhadap dan atau efek kehilangan cairan.
16
Kekurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuah
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Menyatakan pemahaman proses penyakit
Criteria
hasil :
Intervensi
dan rasional
Intervensi :
Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit
Rasional :
Membuata pengetahuan asar dan memberikan kesadaran kebutuhan
belajar individu
Intervensi :
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dam kemungkinan
efek samping
Rasional :
Meningkatakan pemahaman dan dapat meningkatakan kerjasama dalam
program
17
BAB
IV
TINJAUAN KASUS
4.1
Pengkajian
4.1.1
Identitas Klien
Nama :
Tn.I
Umur :
50 tahun
Jenis
kelamin :Laki-laki
Agama :
Islam
Status :
Menikah
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Buruh
Alamat :
Tangan-tangan 2/2
Diagnosa :
Gastroenteritis (GE)
Tanggal
masuk : 06-02-2015
Tanggal
pengkajian : 07-02-2015
4.1.2
Identitas penangguang jawab
Nama :
Ny.S
Umur :
45 tahun
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Tangan-tangan 2/2
Hubungan
dengan klien : Istri
18
4.1.3
Riwayat kesehtan klien
Keluhan
utama
Riwayat
kesehatan sekarang
Klien
mengatakan satuhari sebelum kepuskesmas, klien mengeluh BAB
cair 5-6 kali sehari disertai lemas, mual, dan pusing
seperti berputar-putar setiap hari.
Riwayat
kesehatan dahulu
Riwayat
kesehatan keluarga
19
4.1.4
Activity daily living
Pola Aktivitas
|
Dirumah
|
Pola Nutrisi
|
|
a. Makan
|
|
Frekuensi
Makanan
|
3x1, 1 porsi
3-4 sendok yang dihabiskan
|
Jenis
Makanan
|
Bubur
|
Keluhan
|
Tidak ada
keluhan
|
|
|
b. Minum
|
|
Jenis
|
Air putih
|
Frekuensi
|
3-4x sehari
|
|
|
Pola Eliminasi
|
|
a. BAK
|
|
Warna
|
Kuning
|
Frekuensi
|
4-6x sehari
|
|
|
b. BAB
|
|
Frekuensi
|
5-6x sehari
|
Konsistensi
|
Cair
|
|
|
Pola Tidur
|
|
a. Siang
|
|
Lama
|
1 jam sehari
tetapi sering terbangun
|
|
|
b. Malam
|
|
Lama
|
9 jam tetapi
masih sering terbangun
|
Kualitas
|
Tidak begitu
nyenyak
|
|
|
Personal
Hyegine
|
|
a. Mandi
|
|
Frekuensi
|
2 hari sekali
|
|
|
b. Oral
Hygiene
|
|
Frekuensi
|
2 hari 1x
|
|
|
c. Cuci Rambut
|
|
Frekuensi
|
3 hari sekali
|
|
|
Pola Aktivitas
|
Bed rest
|
|
|
Pola Kebiasaan
|
|
a. Merokok
|
Klien
mengatakan sering merokok tapi setelah mengalami penyakit ini
klien memberhentikannya
|
|
|
b.
Minum-minuman Keras
|
Klien
mengatakan tidak pernah meminum minuman keras
|
20
4.1.5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Umum
TTV
TD :
100/80 MmHg
N :
84 x/menit
R :
22 x/menit
S :
36ᵒc
Haed
To To
Kepala
Mata
Insfeksi :
Bentuk simetris, seklera putih, mata cekung
Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada
Mulut
Hidung
Telinga
Leher
Dada
Insfeksi :
Bentuk simetris
Palpasi :
Tidak ada benjolan
Perkusi :
Bunyi normal tidak ada suara tambahan seperti whezing
Auskultasi :
Tidak ada nafas tambahan broncial
21
Abdomen
Insfeksi :
Bentuk simetris
Palpasi :
Bentuk datar tidak kembung
Perkusi :
Tidak ada nyeri
Auskultasi :
Bising usus 14x/menit
Eksemitas
Atas :
Warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan jari
Bawah :
Warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan jari
4.1.6
Pemeriksaan penunjang :Tidak ada pemeriksaan
Therapy
obat : Selediar 3x1
Antasida 3x1
Cotrimoxazole 2x1
Paracetamol 3x1
Oralit sesudah BAB
4.2
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
pola eliminasi berhubungan dengan terjadinya insfeksi dalam
tubuh
Gangguan
rasa nyaman akibat nyeri kepala berhubungan dengan menurunnya
suplai O2 kejaringan otak
Gangguan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya mual
22
BAB
V
PENUTUPAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah
kami melaksanakan praktek kerja lapangan pembangunan kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan di desa Jenti’an kec.Pajar Bulan
Kab.Lahat yang dilaksanakan selama 11 minggu dari tanggal 12 Januari
sampai dengan 12 Maret 2015 Kami menyimpulkan:
1.
Masyarakat Desa Mukapayung menyambut baik kedatangan mahasiswa PKL
yang mengadakan praktek kerja lapangan di desanya.
2.
Masyarakat diDesa Mukapayung sebagian besar berpendidikan rendah
yaitu SD dan masih kurang menyadari akan pentingnya cara hidup sehat
3.
Setelah diadakan pendekatan dan penyuluhan tentang kesehatan
masyarakat desa Mukapayung mengerti dan mau melaksanakan cara hidup
sehat.
4.
Adanya kerjasama antara masyarakat desa Mukapayunmg dengan siswa
yang PKL
5.2
Saran
Berdasarkan
hasil kegiatan PKL yang telah kami lakukan di desa Mukapayung, kami
mengajukan saran yang ditujukan kepada masyarakat:
1.
Diharapkan untuk lebih ditingkatkan kesadaran tentang kesehatan dan
cara hidup sehat.
2.
Hendaknya dapat ditingkatkan peran serta masyarakat baik dibidang
kesehatan maupun kegiatan di bidang lainnya sehingga dapat
meningkatkan pembagunan kesejahteraan desa.
3.
Di harapkan ada kerjasama yang baik antara warga desa dengan petugas
kesehatan.
4.
Diharapkan kepada masyarakat desa yang mempunyai masalah kesehatan
agar dapat menghubungi petugas kesehatan untuk dapat mengatasinya.
27