MITOLOGI MAUNG PAJAJARAN
MAKALAH
MITOLOGI TENTANG MAUNG PADJAJARAN
DISUSUN OLEH :
SMA YAS SINDANGKERTA
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat tiada habisnya kepada seluruh umat-Nya terutama kepada kami tim penyusun
makalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata
kuliah Mitologi Jawa dengan lancar
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada
Indraswari Pikatan, S.S. yang telah membimbing kami pada mata kuliah Pengantar
Pendidikan. Dan kepada seluruh anggota kelompok atas kerja samanya yang kompak
dalam menyelesaikan tugas ini serta kapada pihak-pihak lain yang turut
memberikan dukungan demi terselesainya makalah ini.
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat
kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari
penulisan makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca
yang bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Harapan kami semoga
apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi
seluruh pihak yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada
setiap hamba-Nya yang mau selalu berusaha dan belajar.
Sindangkerta, November 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Pajajaran merupakan
kerajaan Hindu yang berdiri pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati. Kerajaan yang
letaknya di wilayah Pakuan (Bogor), Jawa Barat ini juga dikenal dengan Kerajaan
Pakuan. Berawal dari melemahnya Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan
Brawijaya V. Kemudian beberapa anggota kerajaan maupun rakyat mengungsi ke
Kerajaan Galuh, Kuningan, Jawa Barat, pada masa pemerintahan Raja Dewa Niskala.
Pada saat itu, Dewa Niskala memperistri dari salah satu pengungsi anggota kerajaan. Namun, pernikahan keduanya tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena terdapat peraturan bahwa keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Majapahit dilarang menikah. Kemudian terjadilah peperangan antara Dewa Niskala dengan Susuktunggal.
Pada saat itu, Dewa Niskala memperistri dari salah satu pengungsi anggota kerajaan. Namun, pernikahan keduanya tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena terdapat peraturan bahwa keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Majapahit dilarang menikah. Kemudian terjadilah peperangan antara Dewa Niskala dengan Susuktunggal.
Kejayaan
Pajajaran
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kejayaan Pajajaran dibuktikan dengan adanya telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian banguna jalan yang menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu kota juga diteguhkan dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya supaya memantapkan kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh serangan dari Kasultanan Banten. Selain itu, Maulana Yusuf telah memboyong Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan Pajajaran karena singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 dan Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Sunda.
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kejayaan Pajajaran dibuktikan dengan adanya telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian banguna jalan yang menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu kota juga diteguhkan dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya supaya memantapkan kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh serangan dari Kasultanan Banten. Selain itu, Maulana Yusuf telah memboyong Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan Pajajaran karena singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 dan Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Sunda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, akan dibahas lebih lanjut mengenai,
1.
Mengetahui Mitos Mitos
Tentang Maung Padjajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Harimau
Siliwangi
Jika kita ke Jawa Barat, kalau kita
perhatikan dengan seksama, ada satu nama yang paling sering digunakan di tiap
daerah. Baik untuk nama jalan, gedung, stadion, kelompok, institusi atau nama
lainnya. Nama tersebut adalah Siliwangi. Setiap tempat di Jawa Barat hampir
dipastikan ada jalan yang bernama Siliwangi. Di beberapa tempat digunakan
sebagai nama Stadion, Universitas, Kelompok kepemudaan bahkan sampai nama
sebuah institusi militer setingkat kodam.
Selanjutnya bila lebih seksama,
biasanya nama/kata Siliwangi akan selalu berdampingan dengan Harimau. Seakan-akan gambar/wujud harimau tersebut merupakan kata ganti dari
Siliwangi. Gambaran harimau pun cukup beragam, baik cuma diwakili oleh kepalanya,
wajahnya maupun gambaran badan harimau secara utuh.
·
Apa, Siapa
itu Siliwangi ?
Siliwangi berasal dari kata Sili(h)
dan Wangi. Yang jika diartikan secara utuh adalah Pengganti (Prabu) Wangi.
Maksudnya adalah Siliwangi diberikan kepada raja-raja yang menjadi pengganti
Prabu Wangi. Sedangkan Prabu Wangi(sutah) sendiri adalah gelar untuk Prabu
Niskala Wastu Kancana, raja dari kerajaan Sunda (=Pajajaran) ke-32 sejak Prabu
Tarusbawa. Wilayah kerajaannya saat itu kurang lebih meliputi provinsi Lampung,
Banten dan Jawa Barat sekarang.
Sudah menjadi pengetahuan umum,
terutama bagi masyarakat Jawa Barat, bahwa Siliwangi merupakan gelar bagi raja
di kerajaan Pajajaran. Namun belum banyak yang tahu bahwa raja yang mempunyai
gelar Siliwangi adalah tidak hanya satu. Setidaknya ada enam raja yang bergelar
Siliwangi. Mereka adalah Jaya Dewata, Surawisesa, Dewata Buana, Ratu Sakti,
Nilakendra dan Surya Kancana.
B.
Hubungan
Siliwangi dan Harimau
Kadang kalau kita renungkan, apa
hubungan antara Siliwangi dengan Harimau ? Kenapa seorang manusia sampai
digambarkan dengan seekor Harimau ?
Ada sebuah mitos yang saya ketahui
sejak kecil, mitos tersebut menceritakan bahwa Prabu Siliwangi saat terdesak
oleh musuh, pergi ke Gunung Sancang lalu menjelma menjadi harimau dan akhirnya
menghilang (Nga-Hyang). Mitos ini tertutur secara turun temurun, bahkan bisa
dipastikan semua masyarakat Sunda tahu tentang mitos ini meskipun dengan
beberapa perbedaan versi. Karena begitu meresapnya mitos ini di masyarakat
Sunda (Jawa Barat), maka keterkaitan antara nama Siliwangi dan Harimau dapat
dipastikan berasal dari mitos ini.
Akibat mitos ini, sampai-sampai
sempat saya mereka-reka bahwa orang sunda itu jaman dulunya gagah-gagah
sehingga dipersamakan bagai harimau. Dan prabu Siliwangi itu orang yang sakti
sehingga dapat menghilang. Rekaan saya itu lebih kurang ada benarnya juga,
namun sebagian dari mitos tersebut belum bisa masuk nalar saya. Mungkin ada
yang bilang memang orang jaman dulu begitu adanya. Tapi saya rasa setiap mitos
ada penjelasan logisnya, ada pemicunya atau ada kisah sebenarnya yang tertutupi
oleh pengaruh-pengaruh bunga-bunga cerita dari si petutur, karena mitos ini
merupakan kisah lisan yang diwariskan dari mulut ke mulut.
Namun, Apakah benar manusia bisa menjadi harimau ? Apakah benar
Prabu Siliwangi menghilang? Siapa Prabu Siliwangi ini?, Apakah benar dia bisa
menjelma menjadi harimau dan menghilang?. Untuk itu saya coba melakuka
penelitian kecil-kecilan, atau lebih tepatnya mencontek tulisan-tulisan orang
lain yang berhubungan dengan ini dan menggabungkannya. Untuk itu saya urai
mitos tersebut menjadi 3 masalah pokok. Yaitu Siliwangi, Ngahyang dan Harimau
C.
Prabu
Siliwangi
Seperti yang telah ungkap sebelumnya, tokoh yang mempunyai gelar Siliwangi
setidaknya ada enam. Selanjutnya dari enam tersebut mana yang diceritakan dalam
mitos ? Ada dua Siliwangi yang menurut saya dimungkinkan menjadi tokoh dalam
peristiwa Nga-Hyang ini. Pertama adalah Prabu Nilakendra. Ini dikarenakan
Nilakendra adalah raja yang terusir dari istana. Carita Parahyangan menyatakan
bahwa Nilakendra mengalami "alah prangrang, maka tan nitih ring
kadatwan" (kalah perang, maka ia tidak tinggal di keraton).
Serta yang kedua adalah Prabu Surya Kancana. Ini disebabkan karena memang
beliaulah raja terakhir Pajajaran. Beliaupun diberitakan tidak berada di istana
Pakuan. Ia diberitakan bergelar Pucuk Umum Pulasari yang berarti Panembahan
Pulasari (lereng Gunung Palasari Pandeglang).
Dari kedua prabu ini saya cenderung beranggapan bahwa yang diceritakan
dalam kisah ini ádalah yang terakhir yaitu Surya Kancana. Alasannya bahwa
dengan “hilang-nya” beliau menyebabkan beliau tidak pernah ada penggantinya,
karena yang menggantikannya pun jadi gamang akibat tidak jelasnya nasib sang
Prabu ini.
D.
Sang Prabu
Nga-Hyang
Ngahyang secara harfiah berarti “menjadi Hyang”. Hyang sendiri menurut saya
adalah yang di-Agung-kan, diberi derajat yang ”tinggi” dalam sisi spiritual.
Sehingga Nga-Hyang berarti meng-agung-kan / di-agung-kan, dalam hal ini berati
mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Di sisi lain, beberapa ahli
mengartikan Nga-Hyang ini sebagai menghilang dengan proses spiritual yang
tinggi. Namun dari catatan sejarah berupa prasasti atau piteket atau yang
lainnya, tidak ada yang menyatakan ”Nga-Hyang”.
Jika dihubungkan dengan tidak adanya catatan sejarah mengenai peristiwa
”Nga-Hyang” ini, dapat dianggap bahwa “Nga-Hyang” ini hanyalah merupakan
sebutan masyarakat umum tehadap kondisi yang terjadi. Namun jika dihubungkan
dengan kejadian yang terjadi saat terakhir Prabu Surya Kencana berkuasa, bagi
saya memberi sedikit titik terang. Adapun kejadian tersebut adalah sebagai
berikut :
Menurut Pustaka Nusantara III/1 dan Kretabhumi I/2, pada 8 Mei 1568,
Pajajaran runtuh. Saat itu utusan pajajaran (kandaga lante) menitipkan
perhiasan kerajaan ke Raja Sumedang (=Geusan Ulun) serta Prabu Siliwangi
memberi amanah terakhir yang dikenal dengan Uga Wangsit Siliwangi. Dalam
wangsit tersebut Prabu Siliwangi menyatakan ”Lalakon urang ngan nepi ka poé ieu, najan dia kabéhan ka ngaing pada
satia! Tapi ngaing henteu meunang mawa dia pipilueun, ngilu hirup jadi
balangsak, ngilu rudin bari lapar. ................... ”. Artinya kurang
lebih ”Kisah kita (=Pajajaran) hanya sampai disini, meskipun kalian semua setia
kepadaku! Tapi saya tidak bisa membawa kalian ikut-ikutan (bermasalah), ikut
hidup susah, ikut miskin dan kelaparan. .........” .
Dengan peristiwa tersebut bisa disimpulkan bahwa sejak saat itu Prabu
Siliwangi menghilang (=tiada kabar berita). Rakyat saat itu juga menyadari
bahwa beliau menghilang, dan untuk menyatakan kondisi tersebut masyarakat
banyak menyebutnya dengan ”Nga-Hyang” yang kurang lebih berarti hilang untuk
mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Sesuai amanat beliau, beliau telah
menjadi rakyat jelata, namun entah dimana. Ada kemungkinan menjadi pertapa
(resi) untuk mendekatkan diri pada yang kuasa.
E.
Siliwangi Menjadi Harimau
Yang ketiga adalah mitos menjadi harimau. Berdasarkan catatan-catatan
sejarah yang ada, tidak ada catatan yang menyatakan bahwa harimau pernah
digunakan sebagai lambang kerajaan Sunda ataupun kerajaan pendahulunya Taruma
Nagara maupun Salaka Nagara. Adapun binatang yang pernah disebutkan dalam
prasasti adalah Gajah dan Lebah. Bahkan Lebah konon menjadi lambang Taruma
Nagara jaman Prabu Purnawarman. Sehingga keberadaan atau penggunaan harimau ini
menjadi lambang Siliwangi masih sangat kabur, meskipun kemungkinan tentu saja
ada namun tak ada bukti sejarah berupa catatan, piteket, prasasti atau
sejenisnya dari jaman kerajaan yang bisa direka-reka untuk dihubung-hubungkan.
Sebuah catatan pada jaman Belanda tahun 1687 sedikit membuka tabir mengenai
mitos harimau ini. Catatan tersebut menyatakan tentang Laporan Scipio (peneliti asal belanda) pada
Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs yang diteruskan kepada atasannya di Belanda
yang isinya memberitakan kepercayaan penduduk saat itu. Adapun laporan tersebut
berbunyi "dat hetselve paleijs en
specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart
wort" (bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang
ditinggikan untuk raja "Jawa" Pajajaran sekarang masih berkabut dan
dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau). Laporan tersebut ditulis
tanggal 23 Desember 1687.
Catatan tersebut menyebutkan bahwa sudah ada kepercayaan penduduk saat itu
yang menyatakan bahwa (bekas) istana pajajaran dijaga oleh sekelompok harimau.
Dan menurut catatan, pada tanggal 28 Agustus 1687 pernah ada serangan harimau
terhadap rombongan peneliti di daerah tersebut. Karena kelompok harimau
tersebut terkesan bagaikan para penjaga (reruntuhan) istana pakuan, maka
kelompok harimau tersebut dianggap sebagai jelmaan para prajurit yang sangat
setia terhadap Prabu Siliwangi.
Dengan kisah tersebut saya berkesimpulan bahwa sumber mitos harimau
siliwangi berawal dari sini. Namun dalam cerita masyarakat ini, harimau
tersebut hanya digambarkan sebagai para prajuritnya, Prabu Siliwangi sendiri
sama sekali tidak disebut-sebut. Penggambaran harimau ini semakin kuat saat
kesatuan militer yang diberi nama siliwangi dan berlambang harimau, sukses
mengambil hati masyarakat jawa barat di masa perjuangan kemerdekaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari uraian tersebut penulis berkesimpulan bahwa Prabu Siliwangi yang
terakhir memang ”Nga-Hyang”. Namun dalam artian beliau mengundurkan diri secara
politik dari hiruk pikuk kerajaan (pada saat itu). Sedangkan untuk mitos Prabu
Siliwangi menjadi harimau sepertinya hanyalah sebuah mitos hasil rekaan kisah
masyarakat dari mulut ke mulut, dengan dasar adanya kelompok harimau yang
bagaikan penjaga istana. Dengan demikian mitos tersebut Prabu Siliwangi
nga-hyang dan menjelma menjadi harimau hanyalah sebuah cerita masyarakat yang
menggambarkan reruntuhan istana pakuan dengan rekayasa bumbu-bumbu mistis.
DAFTAR PUSTAKA
http://raxenasukma.blogspot.co.id/p/mitos-maung-panjalu-bongbang-larang.html
Komentar
Posting Komentar