kebudayaan DKI JAKARTA
DKI JAKARTA
|
Di susun oleh
SMK SINDANGKERTA
2015
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta)
adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di
Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar
Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra
(1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di
dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih
populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City
(Big Apple) di Indonesia.
Jakarta
memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk
berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).[9] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek)
yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia
Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai
pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya
kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini
juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor
sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara
Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di
Tanjung Priok.
1.
GEOGRAFI
Jakarta
berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta.
Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal
ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta
merupakan daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13
sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah
Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta
berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan
provinsi Banten.
Kepulauan
Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta.
Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota
Letak
Astronomis : 6⁰
LS – 7⁰
LS dan 106⁰
BT – 108⁰
BT
Batas
Wilayah
Utara
: Laut Jawa
Timur
: Provinsi Jawa Barat
Selatan
: Provinsi Jawa Barat
Barat
: Provinsi Banten
2.
IKLIM
Jakarta
memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di
bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan
Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu
rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat
tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak
musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter .
Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata,
suhu udara dapat mencapai 40 °C . Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38
°C (77°-100 °F)
3.
SEJARAH JAKARTA
Peta
Batavia tahun 1897, Muhammad Isa Ansyari SS mengungkapkan sejarah kota Jakarta
dimulai dengan terbentuknya sebuah pemukiman di muara Ciliwung. Menurut berita
Kerajaan Portugal pada awal abad ke-15, pemukiman tersebut bernama “Kalapa” dan
merupakan sebuah Bandar penting di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang
pusatnya pada waktu itu berada di Kota Bogor.
“Di
Kerajaan Pajajaran, Bogor, itu kini masih terdapat prasasti peninggalan abad
ke-16. Nama prasasti itu “Sato Tulis”, peninggalan Rahyang Niskala Watu
Kencana, Namun oleh orang Eropa Bandar tersebut lebih dikenal dengan nama Sunda
Kalapa, karena berada di bawah kekuasaan Sunda,” kata Muhammad Isa Ansyari SS.
Dalam
sejarah, ujar Sejarawan Terkemuka Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda OKI
Jakarta itu, Bandar Malaka ditaklukkan Kerajaan Portugal pada 1511. Tujuan
Portugal ketika itu adalah mencari jalur laut untuk mencapai kepulauan Maluku,
sumber rempah-rempah. Maka pada 1522 mendaratlah kapal utusan dari Malaka di bawah
pimpinan Francesco De Sa.
Menurut
laporan Francesco De Sa terjadi perundingan dengan pemuka Bandar Kalapa yang
berada di bawah kekuasaan Raja Sunda yang beragama Hindu. Sementara itu di Jawa
Tengan dengan surutnya Kerajaan Majapahit berkembanglah Kerajaan Islam di
Demak. Kerajaan Islam itu kemudian menyerang Kerajaan Sunda di Jawa Barat
meliputi Cirebon, Banten, Kalapa dan lain-lain. Mengingat kurangnya
sumber-sumber asli Jawa Tengah tnengenai peristiwa itu, maka kita terpaksa
berpaling kepada berita Kerajaan Portugal yang pada akhirnya tidak saja
berlabuh di Maluku tetapi juga Kerajaan Portugal ini merapatdi Timor Timur,
menyatakan bahwa pada 1526-1527 sebuah armada Portugal telah mengunjungi Sunda
Kalapa untuk memenuni perfanjian tahun 1522. “Ternyata mereka belum mengetahui
bahwa telah terjadi perubahan kekuasaan dari Kerajaan Pajajaran ke Kerajaan
Banten, yaltu orang-orang dari Jawa Tengah yang beragama Islam .Ivlenurut
berita yang mereka dapat, nama Pangtima yang diberikan adalah Falatehan,
sebutan mereka untuk nama Fatahillah,” ujar Muhammad Isa Ansyari SS.
Masa Prasejarah
Di
beberapa tempat di Jakarta seperti Pasar Minggu, Pasar Rebo, Jatinegara, Karet,
Kebayoran, Kebon Sirih, Kebon Nanas, Cawang, Kebon Pala, Rawa Belong, Rawa
Lefe, Rawa Bangke, ditemukan benda-benda pra sejarah seperti kapak, beliung,
gurdi, dan pahat dari batu. Alat-alat tersebut berasal dari zaman batu atau
zaman neolitikum antara tahun 1000 SM. Jadi, pada masa itu sudah ada kehidupan
manusia di Jakarta.
“Dan
seperti daerah latnnya, di Jakarta juga ditemukan prasasti. Prasasti Tugu
ditemukan di Cilineing. Prasasti itu sarat informasi tentang Kerajaan
Tarumanegara dengan Raja Purnawarman. Menurut prasasti itu, Jakarta merupakan
wilayah Kerajaan Tarumanegara, kerajaan tertua di Puiau Jawa, di samping Bogor,
Banten, Bekasi sampai Citarum di sebelah timur dan Giaruten,” kata Muhammad isa
Ansyari SS.
Kronologis Peristiwa Penting
Pada
686 Masehi. Kerajaan Tarumanegara hancur akibat serangan balatentara Kerajaan
Sriwijaya. Abad ke-14, Jakarta masuk ke wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang
sering disebtit Kerajaan Pajajaran, atau Kerajaan Sunda. Kerajaan Pajajaran
memiiiki enam petabuhan, diantaranya pelabuhan Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini
terletak di Teluk Jakarta – di muara sungai Citiwung – yang merupakan pusat
perdagangan paling penting seiak abad ke-12 hingga ke-16.
Senin,
21 Agustus 1522. Begitu pentingnya, Sunda Kalapa tak luput dari incaran
orang-orana Portugis yang sejak tahun 1511 sudah bercokol di daratan Malaka.
Keinginan mereka mendapatkan sambutan baik dari Raja Pajajaran. Selain
berkepentingan soal perdagangan, Raja Pajajaran juga bermaksud meminta bantuan
orang-orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam, yang sudah banyak
pengikutnya di Banten dan Cirebon. Demak, kala itu, sudah menjadi pusat kekuatan
dan penyebaran agama Islam.
Perjanjian
kerjasama pun ditandatangani antara Raja Pajajaran dan orang Portugis. Isinya
orang Portugis ditzinkan mendirikan benteng di Sunda Kalapa, yang ditandai di
tepi sungai Ciliwung. Rabu 22 Juni 1527. Perjanjian itu tak dapat diterima
Demak, Kerajaan Islam yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan.
“Sultan
Demak mengirimkan balatentaranya, yang dipimpin sendiri oleh menantunya,
Fatahillah. Pasukan Fatahillah berhasil menduduki Sunda Kalapa pada 1527.
Tatkala armada Portugal datang, pasukan Fatahillah menghaneurkannya. Sia-sia
armada Portugal itu hengkang Ke Malaka,” ujar Muhammad Isa Ansyari SS.
Dengan
kemenangan itu Fatahillah menggantt nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta.
Artinya “Kemenangan Berjaya”. Itulah peristiwa bersejarah yang ditetapkan
sebagai ‘hari jadl’ Kota Jakarta. Kekuasaan Jayakarta akhirnya berada di tangan
Fatahillah, dan makin meluas sampai ke Banten menjadi Kerajaan Islam.
Tahun
1595. Cornells de Houtman dan anak buahnya tiba di perairan Banten. Orang-orang
Belanda itu datang mencari rempah-rempah. Persaingan di antara mereka makin
ketat dibumbui permusuhan.
Rabu
20 Maret 1602 seorang token dan negarawan Kerajaan Belanda, Johati van
Oldenbarneveld, mengambil suatu prakarsa mengumpulkan para pedagang Belanda
dalam suatu wadah. Berdirilah serikat dagang Verenigde Oost Indische Compaqnie
atau VOC. VOC merupakan wadah konglomerat zaman dulu.
Tahun
1617. Orang-orang Kerajaan Belanda diizinkan berdagang di Jayakarta. Mereka
memperoleh sebidang tanah di sebelah timur sungai Ciliwung, di perkampungan
Cina. Di situ mereka membangun kantor dan benteng. Kubu pertahanan Kerajaan
Belanda itu tak disukai orang Jayakarta, Banten maupun Kerajaan Inggris. Mereka
kemudian berperang.
Tahun
1619. Terjadi pertempuran sengit segitiga antara Kerajaan Belanda, Kerajaan
Inggris dan Kerajaan Portugal di pelabuhan Sunda Kalapa. Suasana Teluk
Jayakarta itu sekejab menjadi merah api dan merah darah. Di laut teluk banyak
bergelimpangan mayat-mayat serdadu Kerajaan Belanda dan Kerajaan Portugal
setelah kedua negara kerajaan itu habis digempur pasukan laut Kerajaan Inggris.
Inggris menang dalam perang itu.
Kamis,
30 Mei 1619, JP Goen menaklukkan kembali sekaligus menguasai Jayakarta. Saat
itu armada Kerajaan Inggris sudah tidak ada lagi karena telah berangkat
berlayar menuju Australia, meninggalkan Jayakarta. Sedang armada (laut Kerajaan
Portugal pergi menuju ke wilayah ujung timur Nusantara, tepatnya di Timor
Timur.
“Jayakarta
pada tahun tersebut memasuki lembaran baru. Nama Jayakarta diubah Kerajaan
Belanda menjadi Batavia. Nama Batavia ini berasal dari nama Batavieren, bangsa
Eropa yang menjadi nenekmoyang Kerajaan Belanda,” tukas Muhammad Isa Ansyari SS.
VOC
mula-mula menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan
kepiawaian kompeni lewat intrik dan politik adu domba atau cfewtte et impera
terhadap raja-raja di Nusantara. Seluruh wilayah Nusantara dijarahnya.
Kejayaannya pun berlangsung cukup lama.
Tahun
1798. VOC jatuh dan dibubarkan. Kekuasaan, harta benda dan utangnya yartg 134,7
juta gulden diambil alih Pemerintahan Kerajaan Belanda. Rabu, 1 Januari 1800,
Indonesia sejak itu diperintah langsung oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Suatu
majelis untuk urusan jajahan Asia lalu didirikan.
Namun,
awal Maret 1942, Kerajaan Jepang merebut kekuasaan dari Kerajaan Belanda pada
Perang Dunia ke-2. Nama Batavia dikubur balatentara Kerajaan Jepang. Dan, nama
Jakarta menggantikannya sampai sekarang.
4. SUKU
BANGSA
Pada
awalnya, Jakarta dihuni oleh orang - orang Sunda, Jawa, Bali, Melayu, Maluku,
dan beberapa suku lain. Selain itu, ada juga orang - orang Cina, Portugis,
Belanda, Arab, dan India. Suku yang dianggap sebagai penduduk asli Jakarta
adalah suku Betawi. Suku Betawi merupakan hasil perpaduan antaretnis dan bangsa
di masa lalu. Saat ini, suku bangsa yang ada lebih banyak lagi. Jakarta menjadi
miniatur Indonesia. Hampir semua suku bangsa yang ada di Indonesia kita jumpai
di Jakarta. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2000, suku Jawa merupakan suku
terbesar disusul suku Betawi, dan suku Sunda. Selain itu masih ada orang Aceh,
Batak, Minang (Padang), Madura, Bali, Makasar, Flores, Ambon, dan lain - lain.
5. BAHASA
Bahasa
resmi yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia. Bahasa percakapan
sehari - hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Bahasa daerah juga
digunakan oleh kelompok penduduk yang berasal dari daerah lain. Misalnya saja
bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak, bahasa Madura, bahasa
Bugis, dan bahasa Tionghoa.
6. AGAMA
Agama
yang dipeluk penduduk Jakarta cukup beragam. Berikut ini jumlah penganut agama
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000.
·
Penganut agama Islam
(85,75 persen)
·
Kristen Protestan (6
persen),
·
Katolik (4,03 persen),
·
Budha (3,75 persen),
·
Hindu (0,13 persen).
7. RUMAH
ADAT
1.
Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini
adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai
pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan
biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga
terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan
sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari
rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas
betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah
Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur
dan teras extra luas.
2.
Rumah Gudang. sudah bisa di tebak
dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk
persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak
seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
Rumah Betawi berstruktur rangka kayu atau
bambu, sementara alasnya berupa tanah dan di tekel atau di semen. Keunikannya
dan ciri khas dari rumah betawi terletak pada lisplank rumah ini adalah terbuat
dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang
diberi nama ’gigi balang’ khas banget betawinya. Di bagian tengah dari rumah
tersebut di pakai sebagai ruang tinggal di dalamnya ada kamar tidur, ruang
makan, dapur dan kamar mandi dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa
jendela untuk ventilasi udara, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang
dikelilingi pagar karawang rendah yang juga bermaterialkan kayu, genteng untuk
atab rumah bermaterialkan tanah. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya
bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah
menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan ruang lebih luas.
8. TARIAN
TRADISIONAL
1. Tari Topeng Betawi
Tari
Topeng cukup lama dikenal dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini
merupakan paduan aspek tari, musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian
ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai
kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh
karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta
penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan.
2. Tari Yapong
Tari
Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan
acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong
Kussudiarjo. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya,
ya” dan alunan musik yang berbunyi
“pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira sehingga
sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.
3. Tari Cokek
Tarian
khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik
Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cina cukin yang berarti selendang
yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini
diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul
yang dinamis.
4. Tari Lenggang Nyai
Tari
Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini
telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa
dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang
Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut
kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi
oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang
biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara
resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.
5. Tari Japin
Tarian
ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan
Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan
masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh
musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan
Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang
melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.
9. SISTEM
MATA PENCAHARIAN
Karena
Jakarta merupakan ibu kota dari Indonesia, Juga merupakan pusat perekonomian .
maka matapencaharian banyak berupa buruh atau pekerjaan lain. Dan kebanyakan
tidak mengandalkan kekayaan alamnya.
10. MAKANAN KHAS
1. Kerak Telor
Kerak
telor merupakan makanan khas Betawi yang sangat terkenal terutama pada saat
acara Pekan Raya Jakarta. Kerak telor hampir mirip dengan martabak, perbedaanya
terletak pada isi dan cara memuatnya. Isi kerak telor adalah ketan dan ubi.
Cara memasak kerak telor, yaitu dengan dipanaskan di atas tungku arang.
2.
Nasi Uduk
Hampir
semua masyaraka Jakarta (sekalipun bukan orang Betawi) mengenal nasi uduk. Nasi
uduk sangat familiar sebagai sarapan di Jakarta. Mirip dengan nasi liwet, nasi
uduk yang terbuat dari beras putih dimasak bumbu-bumbu. Bumbu-bumbu nasi uduk
tersebut seperti garam, santan, daun serai, daun salam, dan daun jeruk. Rasa
nasi uduk sangat lezat dan gurih. Nasi uduk biasa dimakan dengan telur dadar
yang diiris, semur jengkol, ayam goreng, empal, kentang balado, dan sambal
kacang.
3.
Nasi Ulam
Nasi
ulam merupakan makanan khas Betawi yang juga mendapat pengaruh dari budaya
kuliner Cina. Nasi ulam biasanya memakai nasi pera yang disiram dengan semur
kentang/ semur tahu/ semur telur. Nasi ulam juga ditambah dengan cumi asin
goreng, bihun goreng, telur dadar iris, dan perkedel kentang. Nasi ulam
bertambah nikmat dengan tambahan daun kemangi, sambal, bawang goreng, dan
taburan kacang tanah tumbuk.
Tentunya
masih banyak lagi makanan khas dari Jakarta yang belum di sebutkan.
Komentar
Posting Komentar